MENGELOLA KECEPATAN PRODUKSI Final

Pada era disruptif, kecepatan produksi merupakan indikator yang sangat menentukan daya saing industri manufaktur. Perubahan pasar yang dinamis akan menuntut kecepatan dan fleksibilitas produksi. Dalam konteks ini, industri harus mampu memangkas leadtime produksi dengan mempercepat setting time, memperkecil batch size, ataupun dengan memperbaiki sistem penjadwalan produksi.

Manajemen kecepatan produksi berevolusi mulai dari metode konvensional hingga terbentuk metode yang kita kenal saat ini seperti : MRP, JIT dan Synchronous Manufacturing. Ketiganya menempuh cara yang berbeda dalam mengelola produksi sehingga menghasilkan karakteristik produksi yang berbeda pula, baik dari segi lead time maupun efisiensi.

MRP dikembangkan oleh industri dunia barat dengan pola PUSH MANUFACTURING SYSTEM. Menghasilkan struktur produksi yang aman namun dengan stock level yang cukup tinggi.

JUST IN TIME dikembangkan oleh Toyota dengan pola PULL MANUFACTURING SYSTEM. Menghasilkan leadtime produksi yang lebih singkat dengan biaya yang lebih rendah, namun memerlukan kehandalan sistem produksi yang sangat tinggi sehingga membuatnya sangat sulit ditiru oleh industri manufaktur di Indonesia pada umumnya.

SYNCHRONOUS MANUFACTURING adalah sistem yang fokus pada bottleneck sistem produksi. Kondisi bottleneckĀ  dijadikan acuan kecepatan (drum) dari keseluruhan sistem. Sistem ini tidak menyaratkan line balancing yang pada prakteknya sulit diterapkan terutama pada lini produksi dengan berbagai macam produk.

 

Ke 3 metode diatas menghasilkan kecepatan proses produksi yang berbeda karena adanya opsi lainnya yang menjadi pertimbangan seperti jumlah mesin, SDM, jserta jumlah stok material.

Dengan bertumbuhnya INDUSTRY 4.0 yang menawarkan pola produksi yang berbasis internet, maka kecapatan produksi akan berlipat ganda. Perencanaan dan pengendalian produksi akan dilakukan secara real time. Segala permasalahan yang terjadi pada shop floor akan langsung dideteksi dan ditindak lanjuti oleh sistem dengan sedikit campur tangan manusia. Hasilnya adalah suatu sistem yang efisien,cepat, dan fleksibel. Sistem ini dalam waktu yang tidak lama lagi akan menjadi suatu keharusan bagi Industri Manufaktur yang ingin bertahan dalam peta persaingan.

Oleh : Ir. Dwi Andi Handaya Rusman, M.Sc (Principal Consultant, Advis Consulting Indonesia)

Share This